Lembar Episode 15
Kamis, 11 Agustus 2016 – Hari
ini adalah hari pertama mengajar di jenjang formal, tepatnya di SDN Lebakpari,
Desa Muarajaya.
Adalah suatu kebahagiaan bagi
saya dapat berjumpa dengan anak-anak di sekolah, dengan semangat yang menggebu
dan antusias yang tinggi.
Hari ini, saya masuk ke kelas
3. Seluruh siswa kurang lebih berjumlah 30-40 siswa, karena ada beberapa siswa
yang tidak masuk. Awalnya memang sempat ragu untuk mengajar di SD karena
teringat akan dosen pembimbing yang mengatakan bahwa yang ditekankan untuk
diajar bukan untuk SD (formal) tetapi untuk nonformal alias bimbingan belajar
atau semacam les. Tapi apa daya, melihat sekolah ini membutuhkan guru dan kami
tidak bisa membiarkannya begitu saja. Akhirnya kami hanya meminta 1 minggu saja
mengajar di sana. Mengajar pelajaran Agama Islam.
Saya memasuki kelas 3 SD,
dengan ditemani oleh dua teman KKN juga, Dwi dan Aul. Segala persiapan telah
disiapkan dengan matang. Buku pelajaran yang diberikan oleh Pak Sayid, guru
Agama, telah diberikan sejak jauh hari, sabtu lalu. Tinggal mempelajari dan
menyiapkan media apa yang dibutuhkan siswa dalam belajar sehingga mereka tetap
semangat dan antusias belajar. Setelah masuk ke dalam ruangan, sorak sorai
anak-anak dengan kedatangan saya dan teman-teman masuk ke dalam kelas. Seketika
ramai. Di antara mereka ada yang berbisik. Keramaian ini menjadikan penggebu
untuk mengajar lebih semangat bersama mereka.
Sebenarnya saya tidak
mengganggap sedang mengajar di sana, tetapi sedang belajar bersama di sana.
Begitu mengasyikkan jika mereka adalah teman sebaya yang memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi.
Lanjut, materi kali ini tentang
Surah An-Nashr. Point pentingnya adalah bagaimana mereka mampu membaca,
menulis, dan menghafal. Dalam waktu kurang lebih 1 jam setengah saya melakukan
itu. Mereka membaca bersama surah An-Nashr, kemudian menulis di buku
masing-masing, kemudian menghafal. Sebagian besar di antara mereka telah hafal
dengan surah dalam Al-Qur’an ini.
Oh ya, ada sesuatu yang membuat
hati ini merasa tenang tatkala memasuki ruangan kelas. Ketika itu mereka sedang
membaca surah Al-Fatihah, dilanjut hafalan surah An-Naas hingga surah
Al-Quraisy, kemudian membaca do’a sebelum belajar. Uniknya, meskipun sekolah
ini di desa, dan hanya ada satu guru Agama (PAI), tetapi telah mampu membuat
anak-anak untuk menghafal surah dalam Al-Qur’an. Nampaknya hafalan tersebut
berkelanjutan, dan menjadi target dari guru PAI tersebut. Salut.
Kembali, setelah mereka
membaca, menulis, dan menghafal surah An-Nashr, saya membuat rencana sebelumnya
untuk bermain atau mengadakan games belajar dengan tujuan mengevaluasi hasil
belajar siswa di hari itu. Ketika saya mengatakan akan mengadakan games di
akhir, sontak sorak sorai bergemuruh, mereka mengiyakan dan semakin bersemangat
belajar. Sampai pada games, saya meminta untuk membagi kelompok menjadi 6
kelompok, setelah dibagi, saya berika beberapa kertas yang telah dituliskan
potongan-potongan ayat dari surah AN-Nashr, kemudian dalam waktu 1 menit mereka
harus mampu menyusunnya dan menempelkannya di depan kelas, di tempat yang telah
saya sediakan di depan. Langsung ramai ketika saya mengatakan “dimulai”, mereka
berpikir dan saling bekerja sama menyusun sebuah ayat yang saya berikan secara
terputus. Bagi mereka yang mampu menyelesaikan dengan baik, maka hadiah
menantinya.
Waktu habis, hanya sebentar
dalam permainan ini, karena hanya menggunakan waktu tersisa tapi bermakna untuk
ke depannya. Perwakilan kelompok sibuk menempelkannya di papan tulis, saya
mengarahkan. Setelah mereka kembali ke tempat semula, saya dan anak-anak
mengoreksi bersama, dari kelompok 1 sampai 5 sudah mampu menjawab dengan baik,
menyusn dengan tepat, dan diberi hadiah. Tetapi 1 kelompok terakhir dengan
jawaban yang kurang tepat, karena salah penyusunan sehingga hadiah tidak
diberikan. Oh ya, sebenarnya saya sedikit panik ketika tahu bahwa hadiah yang
saya bawa hanya ada 5, sedangkan rencana membuat kelompok ada 6, jika mereka
benar semua maka hadiah harus ada 6, tetapi Allah tahu bahwa saya memikirkan
itu, Allah seakan membela saya dan mungkin sudah takdirnya, sehingga da 1
kelompok yang salah dan saya tidak perlu memberikan hadiah itu. Hehe
Pembelajaran hari ini usai
sudah, anak-anak masih tetap saja semangat ketika saya dan teman-teman keluar
kelas. Alhamdulillah mereka mampu menerima saya dengan baik. :-)
Komentar
Posting Komentar