Cerpen 5 Paragraf
Bunga Anggrek dan Ulat Mangga
Oleh : Nur Arsyidah
Tiada
hari tanpa menyiram bunga Anggrek di depan halaman rumah Riri. Seperti itulah
kesehariannya menjelang pergi ke sekolah setiap pagi. Saat membuka mata ketika
habis terlelap, yang teringat hanya bunga-bunga Anggrek yang terus bermekaran
berwarna pink keunguan, terus merayap mengitari pagar halamannya. “Bunga
Anggrek adalah seorang kekasih yang setia, selalu dirindukan, dan tak pernah
terlupakan”, katanya ketika suatu pagi di hari Minggu menyiram bunganya.
Bunga
Anggrek yang tumbuh di bawah naungan pohon mangga itu semakin hari semakin
subur karena penyiramnya tak pernah absen untuk merawat kekasihnya. Namun pada
suatu ketika, ada ulat-ulat hijau nan berduri mulai merayapi dahan pohon Mangga
sampai daun-daun bunga Anggrek kepunyaan Riri. Ulat-ulat yang bergelantungan
dan seperti kelaparan itu memakan lahap daun-daun yang berada di sekitar pohon
Mangga dan bunga Anggrek. “Tidaaak! Apa yang terjadi? Oh sayangku..”
Kekesalan
Riri tidak habis-habis selama ulat-ulat hijau itu terus menghantui bunga
kesayangannya. Riri pun turut kesal kepada ayahnya dan meminta untuk segera
menebang pohon Mangga yang tak lama lagi akan berbuah. Namun, kekesalan Riri
terhadap ayah dan pohon Mangganya tak membuahkan hasil untuk mengusir ulat-ulat
itu, hingga ia mengurungkan diri di kamar berhari-hari kecuali keluar untuk
makan dan sekolah.
Hari
ke hari terus silih berganti, daun hijau menjadi kuning, tanah basah menjadi
kering. Sudah satu minggu berlalu, Riri tak mampu berbuat apa-apa. Riri hanya
mampu memandangi bunga-bunganya yang indah kian terkikis dimakan ulat hijau
berduri. Ketidakberaniannya untuk membasmi ulat-ulat itu membuat Riri merelakan
bunga-bunganya menghilang. Dan pada suatu hari, “Ri, sini Nak, Ayah di belakang
Rumah, ayo kemari!” Riri pun menghampiri.
“Ayahku
memang hebat!” Riri tersenyum bahagia, lalu digenggamnya gayung yang terisi
air, sedikit demi sedikit disiramkannya ke tubuh bunga Anggrek yang saat ini
memiliki halaman sendiri di belakang rumah Riri. Kini bunga-bunganya tumbuh
bermekaran dengan bebas dan memiliki warna lebih banyak. Tak hanya itu, pohon
mangga yang sempat ditebang pun turut berbahagia dengan lahirnya buah yang manis
segar dan tak lagi berulat. Ternyata dibalik jerih payah akan selalu ada hadiah
yang tak terduga kehadirannya. Tapi Riri masih saja trauma, “Awas saja kau
datang lagi, ulat Mangga!”
--Selesai--
Silahkan mencoba menulis Cerpen 5 Paragraf. Menarik bukan? :')
Kenapa tidak ada unsur intrinsiknya on
BalasHapusCerita nya bagus πΏππ
BalasHapus