Lembar Episode 14
Rabu, 10 Agustus 2016 – Ba’da
Zuhur saya kembali ke posko, masih dengan suasana yang sama di posko. Sepi di
kala siang. Anak-anak sekedarnya saja memanggil dari luar, jika tidak ada yang
menyaut mereka akan kembali pulang.
Setiba di posko, suasana sangat
sepi, sunyi. Mungkin teman-teman sedang tertidur atau ada aktivitas lain? Tapi tidak
ada kabar jika ada kegiatan, paling ada sebagian mereka yang mengajar pagi di
Paud.
Ketika ku menyalakan kelakson
motor, ketika itu pula Wana, teman dari jurusan kesehatan bergegas mendekat ke
pintu gerbang dan membukakan kunci gembok dan saya pun masuk. Pintu rumah ini
selalu di kunci gembok karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Oleh karenanya anak-anak selalu menghindar jika tidak ada yang menyaut dari
dalam, mereka pun tidak bisa masuk sembarangan ke rumah.
Hari itu benar saja tidak ada
kegiatan, ungkap Wana setiba saya memarkirkan motor. Beruntungnya saya pulang
dulu ke rumah.
Setelah masuk ke dalam,
kemudian ketua KKN, Dwi, meminta saya untuk mengantarnya ke Kantor Kecamatan
untuk mengambil buku. Buku yang akan disumbangkan untuk anak-anak atau pihak
sekolah.
Ba’da Ashar kembali keluar
posko dan beranjak mengendarai motor ke Kantor Kecamatan. Cuaca sudah mendung. Tapi
terus menembus awan yang semakin menggayut abu-abu pekat.
Setiba di kantor kecamatan,
ramai, oleh mahasiswa KKN dari kelompok lain yang mengabdi di Kecamatan
Caringin. Senangnya bertemu dengan mereka yang beralmamater hijau tua dengan
logo di sebelah kiri. Seperti bertemu dengan saudara lama.
Saya dan Dwi menunggu giliran
buku yang dibagikan, karena masih dalam proses pemerataan buku oleh beberapa
mahasiswa yang mengurus. Hingga tiba hujan, kami terkeung di kantor desa, dan
sejenak menghitung buku-buku yang telah diterima sambil menunggu hujan reda. Tapi
hujan turun semakin deras memabasahi jok motor dan spion di parkiran.
Tidak lama, sudah menunjukkan
pukul 16.15, saya dan Dwi memutuskan untuk kembali ke posko, saat itu sudah
tidak lagi hujan deras tapi masih gerimis deras. Kami pun menerobos
rintik-rintik yang banyak itu, basah, membasahi sebagian tangan dan baju,
terombang-ambing dengan angin, terkena cipratan mobil besar, semakin basah.
Ada sesuatu yang membuatku
senang saat itu. Karena hujan. Hujan telah menghiburku dan membuatku senang. Aku
senang berhujanan. :D
Sampai di posko dalam keadaan
basah, kuyup, tidak ada kering yang tersisa. Tapi aku senang.:-)
Komentar
Posting Komentar