Di Sinilah Kami Bermuara
Alhamdulillah ‘ala kulli
haal..
Tak terasa waktu yang
berlalu seperti deburan ombak yang ian berlalu di pesisir, datang dan pergi,
itulah waktu antara aku dan kawan-kawan seperjuangan KKN di desa.
Desa Muarajaya, menjadi
sebuah takdir yang telah dituliskan oleh Tuhan untuk mempersatukan kami yang
berkumpul dalam kelompok 67. Awalnya, kami tidak mengetahui dimana desa itu
berada, di sudut mana ia hidup. Kami pun bersama mencari dan terus mencari tahu
tentang keberadaan desa yang akan kami singgahi dan akan menjadi kampung
halaman kami kelak selama 40 hari. Selang berapa waktu, kami pun menemukan dan
merasa desa ini tepat untuk kami dan gubuk kecil pun akan kami tempati.
Desa ini menarik. Merupakan
desa terkecil di antara 12 desa dalam satu kecamatan. Desa terkecil yang
terbagi menjadi 2 dusun. Dan kami memutuskan untuk menetap di dusun 2 agar
tersentuh dengan informasi dari luar, begitu ungkap sekdes. Atas kesiapan kami
untuk tinggal di desa ini kami pun segera menginjakkan kaki dan menyentuh desa
ini. Menjadi sebuah harapan bagi kami jika kami mampu merubah apa pun yang
terbaik untuk desa ini. Semoga.
Seiring berjalannya
waktu, kami merasakan kenyamanan di desa ini. Atas keramahan dan kesopanan yang
dimiliki desa ini membuat kami tak segan untuk berkumpul bersama dan bergabung
dalam berbagai hal. Kami pun melaksanakan kegiatan atas dukungan masyarakat
desa ini. Karena sesungguhnya tiada sesuatu yang berjalan dengan lancar tanpa
da dukungan dan dorongan, tentunya kami memiliki itu dari desa ini. Tak lupa
diiringi do’a dalam setiap langkah kegiatan kami disini.
Tak terhitung seberapa
banyak kami memandang dua gunung yang menjulang di antara kapas-kapas yang
menari di setiap fajar terbangun, pun sejak mentari kan terbenam. Tak terhitung
seberapa sering kami melihat kawanan burung berkicau di senja hari. Tak
terhitung seberapa sering kami menyaksikan hamparan hijau yang tumbuh kemudian
menguning. Semua kami saksikan di desa ini. Menjadi hal yang tak biasa bagi
kami bahkan bagiku untuk menceritakan tentang pernak-pernik desa. Tetapi inilah
adanya keberadaaan desa yang kusinggahi.
40 hari lamanya.
Sebenarnya, waktu itu bukanlah waktu yang lama, melainkan hanya sekejap saja.
Ya, kumengungkapkan hanya sekejap saja karena waktu yang telah terlewati
tidaklah ada apa-apanya dan waktu yang telah terlewati tidak dapat terulang
kembali. Jika diibaratkan dengan menanam jagung, mungkin hidup kami di desa
belumlah memiliki umur, masih bibit yang baru saja akan tumbuh jika terus
disirami.
Bercerita tentang 40 hari
lamanya di desa ini, menjadi suatu hal yang menakjubkan bagi kami ketika kami
telah menganggap bahwa desa ini adalah kampung halaman kami, berat rasanya
meninggalkan masyarakat di desa ini dan terutama anak-anak yang telah menjadi
kawan kami di setiap harinya. Meski berkawan bocah kecil, tetapi kami rasa
kehadiran kami disini dapat memberi semangat untuk mereka belajar lebih giat
lagi.
Selayang Pandang Desa Muarajaya |
Adalah sebuah cerita yang
sangat berkesan ketika kami mampu mengajak anak-anak untuk membuka mata tentang
artinya belajar dan menyadarkan bahwa belajar itu tidaklah membosankan
melainkan mengasyikkan. Berkat prinsip kami, maka setiap kali kami keluar rumah
atau sekedar ke rumah pak Rt, mereka menyambut dan menyebut nama kami. Betapa
bahagianya.. mereka ingat dengan kami walaupun mengajar baru dua hari. Hehe
Di desa inilah kami
mengabdi, tanpa niat menyombongkan diri, melainkan terus merasa tidaklah
memiliki apa-apa kecuali ide yang dapat dikembangkan.
Di desa inilah kami
mengabdi, untuk menyadarkan bahwa informasi tidak selalu bersifat tradisional
dan adat tidaklah selalu di nomorsatukan melainkan aturan dan norma menjadi
panutan.
Mungkin keberadaan kami
di desa ini tidaklah berarti apa-apa, tetapi setidaknya dengan kehadiran kami
di desa ini mampu menjadi titik terang untuk segala kebaikan dan membawa
perubahan untuk desa lebih maju dan jaya lagi.
Takdir Allah menetapkan,
di desa inilah kami bermuara – Desa Muarajaya.
Selasa, 06 September 2016 – 21.31
Malam terkahir di Desa Muarajaya.
KKN 67 ketika Survey di Desa Muarajaya |
Komentar
Posting Komentar