Satu Langkah!



Sejauh mana kakimu melangkah meraih mimpi?
Saya baru melangkah dalam satu langkah!
Ini adalah kali pertama saya mengikuti sebuah forum tentang menulis. Adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga ketika saya bisa masuk dalam forum ini dan memiliki banyak teman yang memiliki cita-cita serta mimpi yang sama, menjadi seorang penulis. Forum yang telah berhasil mencetak banyak penulis yang sukses. Dan forum yang membawa saya untuk bisa menulis seperti ini. Ya, Forum Lingkar Pena (FLP) namanya, tentu sudah tak asing lagi didengar oleh sahabat bukan? Di sini saya akan menyebutkan beberapa hal yang saya dapatkan selama belajar dan berlatih menulis di Forum lingkar Pena (FLP) cabang Bogor ini. Mari kita simak dan ingat-ingat! :’) 

1. Membuka Mata
Ahad, 29 Maret 2015, adalah pertemuan perdana para calon anggota FLP Bogor angkatan 8. Mereka yang ingin belajar menulis secara serentak dari seluruh wilayah Bogor berdatangan bahkan ada pula yang dari luar Bogor sengaja mendaftarkan diri untuk menjadi anggota FLP Bogor yang saat itu sedang open recruitment, terbuka penerimaan anggota. Saya turut mengikuti pertemuan perdana tersebut.
Di sana saya bertemu dengan para calon penulis dan bahkan sudah menjadi seorang penulis, senior FLP Bogor. Kemudian pada hari itu kami semua berkenalan. Mereka yang hadir berasal dari perguruan-perguruan tinggi negeri yang ternama baik di Bogor seperti IPB, dan selain Bogor seperti UI, UNJ, UIN Jakarta, dan lain sebagainya, dan saya hanya dari perguruan tinggi swasta tapi tak menyurutkan niat saya untuk terus berjuang dan belajar bersama di sana. Justru saya lebih semangat karena mungkin Allah telah memilihkan saya untuk bertemu dengan orang-orang hebat seperti mereka dan saya bisa belajar banyak darinya.
Tidak hanya perkenalan saja, pertemuan perdana hari itu juga dijadikan sebagai awal langkah untuk berjalan dan berlatih menulis, serta untuk meluruskan tujuan hidup. Sebuah motivasi yang diberikan oleh Ibu Pipin yang mengatakan bahwa cita-cita haruslah dicapai dan semua keinginan perlu ditulis, katanya. Dan target atau tujuan hidup harus ada, tambahnya. Benar juga, saat itu saya mulai membuka mata tentang target dari tujuan hidup saya, ke mana arah saya melangkah? Apakah target hidup saya sudah benar? Mari perbaiki niat dan tujuan hidup kita. :)

             2. Semangat Menggebu untuk Menulis
              Memasuki pertemuan kedua – Ahad, 12 April 2015 – kali ini diisi dengan materi tentang puisi. Forum Lingkar Pena (FLP)  menyediakan bekal untuk para calon penulis yang bergelut dibidangnya, termasuk menjadi penyair dalam bidang puisi. Pertemuan kedua ini dilaksanakan di kampus IPB Dramaga Bogor seperti pada pertemuan perdana sebelumnya.
             Usup Supriyadi sebagai pembicara inti atau dikenal sebagai “sang penyair” dalam keanggotaan FLP itu berbagi pengetahuannya seputar menulis dan menganalisis puisi. Menurutnya, puisi adalah sarana untuk mengungkapkan sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan lisan. Ungkapan tersebut dapat berupa kritikan sosial, isi hati, maupun keadaan yang ada di sekitar. Dan puisi pun dapat menjadi salah satu sarana dakwah untuk menebarkan manfaat, tambahnya.
            Setelah pengisian materi tersebut, kami semua diberi waktu untuk membuat sebuah puisi, kira-kira 15 menit waktu yang kami punya untuk menulis. Serentak seluruh anggota yang berjumlah kurang lebih 30 orang itu menggoreskan pena dan mengeluarkan pikiran yang ada di benaknya secara spontan dan dituliskan pada secarik kertas. Seru dan menantang, membuat semangat menulis semakin menggebu! Entah apa yang menjadi dasar saya menyukai tantangan, tapi saya suka tantangan seperti yang saya lakukan saat itu :D Berani coba?
             Waktu telah habis, kami semua menyimpan pena dan berdebar-debar menanti nama yang muncul dari mulut sang penyair berbunyi. Siapakah dia? Yang pasti bukan saya saat itu yang kena untuk maju ke depan dan membacakan puisi dengan penuh penghayatan. Sedikit lega karena tak maju tapi di sisi lain pengen nyoba walaupun saya sebenarnya belum bisa membawakan puisi beserta penghayatannya. Tapi saat itu saya benar-benar semangat, ada sesuatu yang berbeda, nyawa menulis saya hidup!

3. Setiap Pertemuan Selalu Semangat!
Ahad, 10 Mei 2015 – Hari itu menjadi hari yang begitu mendebarkan! Mengapa? Ada mimbar sastra! Waaaah.. Setelah minggu-minggu lalu teman saya menyajikan berbagai karya yang dibuatnya melalui tulisan, kali ini giliran kelompok saya yang bernama kemlompok perdu. Saat itu saya dengan kelompok saya menampilkan sebuah puisi yang dibacakan secara berantai. Acara mimbar sastra ini menjadi ajang kami mengapresiasikan sebuah karya yang dilakukan setelah penghabisan materi dalam setiap pertemuannya. Dan puisi berantai yang kami bawakan cukup menghibur para anggota FLP lainnya. Bukan hanya pembawaan puisi saja, pada kelompok lain juga cukup unik-unik dan kebanyakan dari mereka membawakan cerita, sebuah dongeng atau hikayat masa silam. Luar biasa! Pokoknya setiap pertemuannya selalu semangat apalagi kalau ada mimbar sastra!
4. Kajian Rohani Tak Terlewatkan
Kami di sana tak hanya belajar tentang menulis, tetapi juga ada kajian rohani, berupa muhasabah diri dan pelajaran yang tak didapatkan di perkuliahan. Dalam setiap pertemuannya ada saja kajian rohani yang begitu menyentuh kalbu, membuat kami sadar tentang makna hidup dan kehidupan.
                Belajar bersama FLP seperti mendapat point plus-plus, ada tentang dunianya pun ada tentang akhiratnya. Tapi yang saya rasakan di sana lebih mengedepankan point akhirat. Seperti menulis yang dijadikan sebagai ladang berdakwah yang dapat memberatkan timbangan amal kita kelak. 

            5. Memiliki Banyak Teman dengan Mimpi yang Sama 
               Tentu senang bukan memiliki banyak teman dengan memiliki mimpi yang sama? Kita dapat belajar banyak darinya juga dapat mempererat ukhuwah sesama muslim umat Rasulullah Saw. Memiliki banyak teman dapat membuka wawasan kita menjadi lebih luas, kita pun menjadi semangat melakukan setiap hal karena ada teman yang menyemangati kita.
                Belajarlah keluar dari zona nyaman. Apa maksudnya? Maksudnya adalah bahwa kita tak bisa terus diam di tempat dan hanya memandangi mimpi yang kita tulis, tapi belajarlah untuk bergegas dan mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan kita yang tak ada maknanya sehingga waktu habis dengan sia-sia. Ketika keluar dari zona nyaman, secara tidak sadar kita dapat menemukan siapa diri kita yang sebenarnya. Dan ketika kita keluar dari zona nyaman kita akan menemukan teman baru dan lingkungan baru yang terus menyemangati kita. Senang sekali memiliki banyak teman baru, karena belajar tak mesti di antara batasan dinding sekolah yang kita punya, teruslah memiliki rasa ingin tahu dan pecahkan rasa ingin tahu itu maka kita akan dapat pengetahuan yang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Perbanyaklah memiliki teman :)


“Satu langkah perubahan yang kau lakukan saat ini, adalah pintu pembuka untuk melangkah lebih dari seribu langkah ke depan dan membuka pintu-pintu lainnya.”
Dan dari sini saya pun belajar dari sebuah peribahasa, bahwa tak ada rotan akar pun jadi, tak ada kawan sendiri pun jadi. Awalnya saya ikut forum ini merasa sendiri karena kawan-kawan saya tak berminat, tetapi setelah saya menyelam di dalamnya saya memiliki banyak teman dan kami sama-sama berjuang bersama tulisan. So, mimpi yang kita punya tak bisa dimiliki oleh orang lain, melangkahlah walau hanya seorang diri, melangkahlah untuk memperoleh perubahan diri menjadi lebih baik, melangkahlah untuk kebahagiaan hidup sejati, melangkahlah meski hanya satu langkah! :)
Semoga bermanfaat! 
Senin, 18 Januari 2016 – 20.23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Izrail

Lembaga-Lembaga (Institusi) Pendidikan Islam Pra-Kebangkitan Madrasah

Cerpen 5 Paragraf