Nurul Tsani Namanya :)



Sebuah perjalanan kebersamaan dan kekompakan untuk meraih ridlo Ilahi..

Inilah Kami
Nurul Tsani, adalah sebuah tim marawis yang berdiri sejak tahun 2010, saat itu kami masih kelas sepuluh Madrasah Aliyah. Kami terbentuk di bawah sebuah organisasi Islami, yakni Asosiasi Seni Islam MAN 2 Bogor (ASIMA). Di dalam Asima tidak hanya ada marawis saja, tetapi ada juga nasyid baik solo maupun grup, kemudian qasidah. Asima bergelut dalam bidang seni Islami tentunya dan kami menggunakan media tersebut sebagai tempat berdakwah.
Perjalanan Nurul Tsani dimulai ketika kami sama-sama berminat untuk bergabung sebagai tim marawis dalam ekskul Asima. Kami berasal dari kelas yang berbeda-beda tetapi kami tidak memandang perbedaan itu sehingga kami menjadi satu dan bersama sampai saat ini. Dalam satu minggu kami memiliki jadwal berkumpul satu hari saja, ketika itu di hari jum’at sejak kelas sepuluh sampai kelas dua belas aliyah, karena jadwal yang pas memang hari jum’at, kecuali ketika kami menerima undangan untuk tampil dan jadwal untuk berlatih ditambah tidak seperti hari biasanya, bisa jadi dalam satu minggu setiap hari kami latihan. Luar biasa!

Keanggotaan
Inilah kami Nurul Tsani
Awalnya anggota kami ada 14 orang, tapi anggota yang kukuh dan kuat bertahan hanya ada 11 orang yakni terdiri dari Siti Marwah (Vokalis), Windi Wulandari (Pemegang hajir), Zaidah (Pemegang dumbuk), Nur Rohimah (Pemegang Markis), kemudian pemegang marawis ada Yulia Choerunnisa, Raden Siti Purwanti, Siti Badriah, Haryati Eka, Siti Rahmah, Amelia, dan saya sendiri Nur Arsyidah. Sisanya yang keluar tidak disebutkan.
Pengalaman yang tak pernah terlupakan yang saya alami ketika bergabung dengan tim marawis adalah tentang arti sebuah “kekompakan” dan “kebersamaan”. Bagaimana caranya menggunakan waktu, memaksimalkan berlatih, kondisi dan situasi yang harus siap kapan pun kami harus terus latihan bersama! Di sana saya belajar pula tentang kebersamaan, bahwa hidup tidak bisa sendiri, kita hidup bersama, suka dan duka bersama. Bersama Nurul Tsani adalah tempat belajarnya. Dan temapat kami berlatih bisa di mana saja, di mushola yang paling sering dan menjadi markas kami, lalu di gazebo sekolah, di kelas kosong, atapun di rumah salah satu anggota, kayak rumah Marwah sang vokalis yang selalu sedia dan setia menjadi wadah untuk kami berkumpul. :D

Karakteristik yang berbeda?
Ya, setiap manusia pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk kami yang bersama tetapi berbeda karakternya. Tapi bagaimana bisa bersatu? Karena kekompakan! Kompak adalah kuncinya, biarpun karakter masing-masing dari diri kami berbeda, ada yang sensitif, egois, periang, lembut, dan pendiam tapi kami memahami karakter itu meskipun butuh waktu beradaptasi dengan karakter yang berbeda-beda. Eh tapi buktinya kami tetap kompak kok. Asal satu kuncinya, inget, KOMPAK!
Terkadang kami pun berbeda pendapat tentang kostum, tentang tempat latihan yang kejauhan dari berbagai sudut, kemudian waktu untuk latihan. Banyak waktu yang telah kami habiskan untuk membahas semua itu, tetapi kami juga punya waktu untuk sebuah kesepakatan, lagi-lagi atas nama kekompakan. Dan semua perbedaan pendapat dapat terhapus dengan tawa canda kami yang terkadang tak ada habisnya hingga kami lupa waktu untuk pulang. Dan satu hal yang membuat kami tetap bertahan menjadi satu tim adalah ketika kami dapat saling memahami, dan kami tidak ingin tim ini pecah karena satu masalah kecil saja, dan yang terpeting kami ingin tetap berdakwah, itu kuncinya (juga).

Latihan
Hari jum’at adalah hari kejayaan kami, di mana hari itu menjadi tempat kami berkumpul, bersatu dari kelas yang berbeda-beda, dan saya termasuk dari satu orang di antara satu kelas yang ikut tim marawis, tak ada teman dalam satu kelas tak masalah, asalkan di luar saya memiliki banyak teman lebih banyak apalagi dengan Nurul Tsani :)
Hari jum’at, tidak selalu bermusim kemarau cerah, terkadang juga hujan bahkan hujan deras dan awet sehingga menghambat kami untuk pulang ke rumah, tetapi kami tetap asik dengan berlatih menambah wawasan syair-syair yang baru, dan menambah pukulan-pukulan baru dalam marawis. Pukulan yang kami kuasai adalah Zaipe! :D
Kami memulai latihan dari jam 1 siang atau ba’da zuhur karena hari jum’at pulangnya lebih awal sehingga kami punya waktu yang banyak untuk latihan sampai jam 5 sore.
Oh ya, kami dilatih oleh seorang pelatih (Bang Idan) dan kaka kelas (kelas 11 ataupun 12) yang setia mengajari kami dan kami anggap sebagai senior! (Ya, tentu). Ada beberapa kakak kelas yang selalu menyemangati kami untuk terus berlatih marawis, ada Kak Majid, Kak Sulton, Kak Acank, Teh Vida, dan lainnya yang tak bisa disebut namanya satu persatu, semoga mereka mendapatkan keberkahan dan dicurahkan rahmat-Nya selalu atas segala kebaikan yang telah dilakukan. Aamiin..

Tampil Perdana
Setelah tampil perpisahan kedua, kelas 11 Aliyah
Tampil perdana bagi kami adalah ketika acara perpisahan kelas 12 aliyah, saat itu kami masih kelas 10. Kami dipilih sebagai tim untuk mengisi acara sebagai hiburan. Kami memang ditempatkan di hiburan tapi tujuan dan niat kami adalah berdakwah dengan melantunkan syair-syair arab yang memiliki makna luar biasa!
Kostum perdana kami saat itu berwarna hijau untuk pemegang marawis dan merah untuk vokalis, pemegang hajir, markis, dan dumbuk.
Untuk yang pertama kalinya akan tampil sampai-sampai kami memutuskan untuk menginap bersama, lagi-lagi kami kompak, semuanya menginap di rumah Marwah, tidur bareng, ada yang di atas kasur adapun yang di lantai (siapa tuh?). Malamnya kami latihan hingga larut dan esok paginya kami berangkat bersama. Kompak bukan? :)
Tampil perdana yang luar biasa, pengalaman pertama yang berharga, menjadi tempat kami mengevaluasi agar terus dapat menampilkan yang terbaik!

Undangan
Waktu mencatat bahwa kami pernah memenuhi undangan untuk kemaslahatan dua insan yang bersama karena Allah.
Saat itu kami mengisi dalam acara pernikahan. Kami membawakan beberapa lagu atas permintaan para undangan maupun yang kami suka.
Sebenarnya kami memiliki lagu favorit, istilahnya adalah lagu kebangsaan Nurul Tsani. Apa lagunya? Lagunya adalah Ya Hayati. Lagu yang membuat kami terbawa makna di dalamnya tentang kehidupan. Tidak bosan-bosannya kami setiap mengisi acara pasti membawakan lagu tersebut. Pasti enak didengar dan dapat diresapi makna di setiap bait-bait lagunya, apalagi kalau Nurul Tsani yang membawakan. #eaaa :D

Lomba
Setelah tampil di UIKA Bogor, tahun 2011
Mengisi acara saja sudah biasa, baik dalam acara perpisahan sekolah maupun acara pernikahan. Tapi kami perlu acara yang dapat menguji kami, yaitu mengikuti perlombaan. Keluar zona nyaman!

Terhitung kami mengikuti perlombaan dua kali sepanjang sejarah masa aliyah. Yang pertama adalah ketika di MAN 1 Bogor dalam acara Fena and Sil, merupakan festival seni Islam yang diadakan setiap tahunnya di MAN 1 Bogor tingkat jabodetabek. Selain itu kami juga ikut lomba di UIKA Bogor (Universitas Ibn Khaldun Bogor) dalam acara seni Islam juga yang diadakan oleh Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Semangat kami menggebu tatkala hari-hari menjelang lomba dimulai. Kami latihan di mana saja selepas pulang jam pembelajaran. Kemudian memilih lagu yang tepat yang sesuai dengan durasi yang diberikan, durasinya terkadang 15 menit. #Kurang! :D

Latihan berhari-hari sampai perlombaan tiba. Tangan kami rasanya remuk menepuk-nepuk si kulit kambing kering itu. Tapi kami tidak lelah, kami tetap harus kompak dan harus memberikan penampilan terbaik kami. Sekolah mendukung, adik maupun kakak kelas juga mendukung, tak lupa kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan penuh untuk keberhasilan penampilan kami. :)
Sedang tampil lomba di MAN 1 Bogor
Niat kami mengikuti lomba bukanlah untuk menang, meskipun menang kami bersyukur dan sebagai anugerah. Tapi niat kami yang utama adalah mencoba. Bukankah tiada kesuksesan sebelum engkau mencoba? Dan mencoba lebih baik dari pada tidak sama sekali. Kami pun menggunakan kesempatan ini sebagai tempat untuk mencoba, bukan berarti kami tidak serius, kami justru sangat serius, latihan berhari-hari, sang vokalis sampai habis suara, jari jemari pemegang marawis merah-merah terkelupas, dan lainnya pun merasakan perihnya perjuangan ini yang menandakan kami serius. Tapi dengan mencoba kami tahu segalanya!

Kami sudah seperti sebuah keluarga. Tidak ada satu anggota kami merasa sedih. Tidak ada satu anggota kami tidak semangat. Dan tidak ada satu anggota kami tidak maju!

Tampil Terakhir
Yang membekas bagi kami adalah ketika acara pensi di sekolah. Saat itu kami kelas 12, sudah saatnya sibuk menjelang UN, UAS, dan ujian-ujian praktek lainnya, tapi kami masih dipercaya dan diberi kesempatan untuk tampil dalam acara besar di sekolah itu. Kami merasa senang karena tim kami begitu diminati oleh penduduk sekolah, tim marawis tereksis katanya :D bisa dibilang begitu. wkwkwk

Lagi-lagi lagu yang kami bawakan adalah Ya Hayati sebagai lagu kebangsaan kami dan sebagai peringatan lagu terakhir yang kami bawakan. Dengan kostum berwarna ping dan ungu kami kenakan sebagai kostum terakhir yang kami pakai secara kompak dan atas hasil tabungan kami ketika itu. Kostum yang membawa kami pada masa kejayaan dan keberhasilan tampil di berbagai tempat. 

Silaturahim Terjaga
Tahun 2013 adalah tahun kelulusan kami. Kami pun berpisah sesuai dengan arah tujuan cita-cita yang akan kami capai. Berbeda-beda memang, tapi kami tetap satu jua untuk berdakwah demi kemaslahatan umat di manapun berada. 

Silaturahim kami dapat lewat komunikasi maupun pertemuan. Pertemuan setiap tahun yang tentunya tak terlewatkan sampai saat ini adalah ketika acara buka bersama di bulan puasa (bulan Romadhon). Adalah acara kami bernostalgia dan bercerita banyak seputar perjalanan kami berpisah. Kami masih kompak! Insya Allah.

Perjuangan yang luar biasa, kekompakan tiada tara, dan kebersamaan bak keluarga hanya ada pada Nurul Tsani.
Kenangan terindah yang takkan terlupa, kenangan manis yang selalu teringat, kenangan bersama yang tak pernah pudar, hanya bersama Nurul Tsani.
Tawa candamu, suka dukamu, sudah menjadi bagian dari hidupku.
Terima kasih kepada guru-guru, sahabat-sahabat, adik dan kakak kelas, serta kedua orang tua tercinta yang mendukung kami untuk tetap hidup dan berjaya.
Kini kami berjalan masing-masing, mencari ilmu dan meraih cita-cita. Tetapi silaturahim kami tetap terjaga. Insya Allah :)
Di manapun kalian berada, semoga Allah tetap memberi kalian kesehatan dan kenikmatan, serta kemudahan dalam berbagai urusan. Aaamiin.. 
Karena Allah kita bersama, dan karena Allah kita berpisah.
-Salam untuk kalian dari pemegang marawis tanya, Nur Arsyidah-

Note:
1.       Waktu tampil perdana seharusnya kami ngisi di waktu acara pembuka perpisahan, tapi karena kami telat datang ke gedung resikonya kami mengisi sebagai hiburan. #Tak apalah.. :D
2.       Dan saat tampil perpisahan yang kedua kalinya, Rahmah ditinggal karena lagi dandanin bu guru. Tapi untungnya kita nggak diundur lagi ke jam hiburan. #Syukurlah
3.       Untuk tampil perdana di MAN 1 Bogor, kita tampil sebagai peserta pertama. Udah mah kita baru tampil perdana dan saking takutnya telat registrasi ternyata kita tampil pertama! Dengan suara speaker yang ala kadarnya. Hmm #SedikitKecewa #TapiTetepKompakKok #Sabar
4.       Seringnya latihan karena mau tampil membuat para pemegang marawis tangannya merah-merah, jarinya bengkak-bengkak, alhasil waktu tampil di UIKA kita tampil pakai hansaplast dan pada lepas-lepas di tengah lagu didendangkan. #LuarBiasa
5.       Pas tampil di UIKA, waktu itu kita bawain lagu Ya Rosulallah degan pukulan Zafin yang terdengar kacau balau! #Katanya #BiarinAja :D
6.       Serunya tuh kalau abis tampil kita suka makan bareng, walaupun hanya dengan satu bungkus ketoprak. #Bersyukurlah
7.       Ada si kembar di tim marawis kami, yang suka kami sebut upin dan ipin – Ica dan Wanti – tetap kompak ya! ;)
8.       Setiap anggota dari kami ada aja yang telmi (telat mikir)! #Wah #SiapaTuh
9.       Windi (Pemegang hajir) udah menikah, bahkan udah punya dede bayi. Yang lainnya kapan? *eh
10.    Pokoknya kita tetep kompak!
-SEKIAN-







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Izrail

Lembaga-Lembaga (Institusi) Pendidikan Islam Pra-Kebangkitan Madrasah

Cerpen 5 Paragraf