Nasihat Sang Hujjatul Islam - Imam Al-Ghazali
Wahai anakku,
semoga Allah mengaruniakan kepadamu umur yang panjang untuk engkau gunakan
melakukan ketaatan kepada-Nya dan semoga mengilhami kepadamu tentang jalan para
kekasih-Nya. Sesungguhnya nasehat itu ditulis dari sumbernya, Muhammad Saw. Jika
telah sampai kepadamu suatu nasehat yang bersumber dari Rasulullah, apa
perlunya engkau minta nasehat kepadaku? Jika belum menerima nasihat-nasihat
dari Rasul maka katakan kepadaku. Apa yang engkau peroleh pada waktu-waktu yang
silam?
Wahai anakku,
dari sejumlah nasihat-nasihat yang telah disampaikan Rasululah Saw kepada ialah
sabda beliau:
Tanda-tanda kebencian Allah terhadap seseorang ialah
apabia ia menyia-nyiakan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Sesungguhnya
orang yang kehilangan satu jam dari umurnya dalam perbuatan yang tidak
diperuntukkan kepada-Nya, maka patutlah ia akan lama mengeluh. Barangsiapa yang
umurnya melebihi empat puluh tahun, sedang kebaikannya tidak mengungguli
keburukannya, maka bersiaplah untuk pergi ke neraka.
Nasihat ini sudah cukup
mengingatkan hati bagi orang yang berpengetahuan.
Wahai anakku,
nasihat itu mudah, yang sulit adalah pengamalannya. Sebab nasihat itu akan terasa
pahit bagi orang yang memperturutkan kehendak nafsunya. Hal-hal yang terlarang
itu disukai oleh manusia, khususnya bagi siapa yang menuntut ilmu dan
menyibukkan diri untuk memiliki keutamaan budi dan kebaikan-kebaikan di dunia. Ia
akan menduga bahwa ilmu yang ia jadikan pengalaman itu akan menjadi sarana
untuk keselamatan dirinya. Ia mengira bahwa ilmu yang ia miliki itu telah cukup
tanpa diamalkan. Ini adalah keyakinan ahli-ahli filsafat. Subhanallah!
Ia tidak mengetahui
dengan anggapan bahwa bila tidak mengamalkan ilmunya, maka ilmunya akan menjadi
lawan yang akan mendebat dengan sekuatnya, seperti yang dikatakan Rasulullah
dalam sabdanya:
“Manusia yang paling
berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang berilmu, namun Allah tidak
memberinya manfaat dari ilmunya itu.”
Diriwayatkan, bahwa
Al-Junaid semoga Allah mensucikan rahasianya setelah beliau wafat pernah
diimpikan, dalam impian itu beliau ditanya: “Apa khabar. Wahai Abal Qasim?” Ia
menjawab: “Semua ilmu-ilm saya hilang lenyap dan tidak berbekas. Tidak ada lagi
sesuatu yang memberi manfaat kepada saya, kecuali rakaat-rakaat yang dilakukan
dalam shalat di tengah malam.”
Wallahu a’alam
bisshowab..
Dikutip dari kitab terjemahan karya Hujjatul Islam al-Imam
al-Ghazali yang berjudul Ayyuhal Waladul Muhibbu.

Komentar
Posting Komentar