Berpetualang Seru! – Pendakian Kedua
Selasa, 25 Agustus 2015
Kulangkahkan kaki pada
pijakan bumi,
Berpetualang mencari
keindahan sejati yang dapat kunikmati,
Bersama hati yang
terus memuji,
Di atas ciptaan-Nya,
di atas segala-galanya..
“Maka, nikmat Tuhanmu
yang manakah yang kamu dustakan?”
Gunung Batu
– Adalah tempat pendakian gunung untuk yang kedua bagiku. Dengan ketinggian 875
Mdpl, lebih rendah dari pendakian pertama – gunung Munara – namundi gunung Batu
ini destinasinya cukup menantang. Tak hanya fisikyang harus disiapkan, tetapi
juga mental. Berani coba?
Gunung Batu ini terletak di wilayah
Jonggol, masih daerah kabupaten Bogor. Dengan jarak tempuh sekitar tiga jam
dari pusat kota Bogor jika menggunakan kendaraan roda dua, dan jika menggunakan
roda empat atau yang lainnya mungkin bisa memakan waktu lebih dari tiga jam.
Karena jalannya berkelok-kelok dan masih ada yang belum teraspal sehingga akan
menghambat perjalanan untuk segera sampai tujuan. Tapi jangan ragu untuk
datang, kita buktikan keindahannya!
Tak hanya mental dan fisik yang
dipersiapkan tetapi juga finansial, karena selama perjalanan kita membutuhkan
bekal, seperti minum agar tidak dehidrasi dan makanan ringan untuk mengganjal
perut, dan juga bensin untuk yang membawa kendaraan. Tapi jangan khawatir,
karena selama perjalanan menuju tujuan akan ada tempat makan atau warung-warung
kecil yang dijajakan sengaja untuk pengunjung yang berdatangan dari berbagai
kota, begitupun dengan penjual bensin eceran meskipun jarang. Jadi, persiapkan
sebelum memasuki area Jonggol dengan bensin yang penuh ya kawan!
Awal perjalanan saya disambut oleh
beberapa bukit yang berjajar dengan daratan yang tak rata, pesawahan yang
menghampar luas di samping kanan dan kiri jalan raya, pun ada sungai yang
disayangkan tak mengalir airnya, karena pada saat itu musim kemarau sehingga
air menjadi kering, batu-batu terlihat batangnya dan dasar sungai terlihat
pucat tak berwarna. Namun hal ini tak menjadi hambatan saya untuk terus melaju
melewati lika-liku jalan di antara tebing-tebing dan jurang yang curam. Seru!
Selama perjalanan, lagi-lagi saya
menyebutnya dengan “berpetualang” karena di sana saya menemukan begitu banyak
hal baru yang tak dapat ditemukan sebelumnya – jarang-jarang. Saya bersama lima
kawan saya; Fikriyya, Dini, Lukman, Nida dan temannya Nida – kami semua sangat senang
atas sambutan si hijau bak permadani yang asri, tak berujung dan tak terjangkau
luasnya. Subhanallah.. rasanya ingin menetap di daerah sini dan setiap hari
menikmati keindahan yang memukau dan menawan dari si hijau.
Begitu indah Allah menciptakan
gunung, sawah, hingga awan dan langit yang bersahaja, laksana berada di antara
lukisan Sang Maha Kuasa. Indaaaah nian.. J
Jika gunung Munara untuk mencapai
puncak tertinggi itu membutuhkan waktu sekitar setengah jam bahkan bisa kurang,
tetapi berbeda dengan gunung Batu ini, butuh waktu lebih dari satu jam kiranya
untuk mencapai puncak tertinggi padahal ketinggiannya kurang dari gunung
Munara. Yang membedakan adalah treknya. Trek yang benar-benar menantang dengan
banyak bebatuan sepanjang jalan sehingga jalan terasa licin dan harus berpegangan
pada sebuah tongkat, terutama harus berhati-hati.
Ketinggian yang terbilang curam dan
diiringi dengan banyak batu krikil-krikil sehingga menghambat perjalanan yang
menjadi licin pun berdebu. Satu langkah mundur ke belakang begitu sangat berharga
sekali. Awalnya saya tidak berani untuk terus melaju sampai pada puncak
ketinggian, tetapi ada kelima kawan saya yang terus dan terus memberi semangat
untuk saya agar sampai puncak tertinggi di tengah krisis air mineral. Masya
Allah, meskipun saya yang menjadi pendaki terakhir di antara mereka untuk
mencapai puncak, tetapi semua terbayar sudah dengan keindahan pemandangan yang
menawan dan luar biasa hingga kehabisan kata-kata untuk memuja sang Pencipta.
Allahu Akbar!
Sejenak setelah sampai di puncak,
saya teringat atas pesan suci dari-Nya,
“Maka
nikmat Tuhanmu yang manalagi kah yang kamu dustakan?”
Tak dapat diragukan lagi bahwa
Allah menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya dengan sempurna, tak ada
noda, tak ada yang mampu menandingi segala ciptaan indah-Nya. Kesungguhan-Nya
dalam mencipta membuat saya terpaku terpana melihat suguhan yang tersaji di
puncak sana. Saya turut mencicipi keanggunan hamparan sawahnya, kehalusan
kabutnya, dan kehangatan cahaya mentarinya. Rasanya seperti berada di langit,
menjadi bidadari dan tak ingin turun ke bumi. Hehe
Tidak ada penyesalan ketika telah
sampai di sana, tak hiraukan seberapa tulang berserakan di dalam dada, dan tak
seberapa langkah kaki menanjak. Karena bersama awan kita rasakan kesyahduan,
fatamorgana sejauh mata memandang hanya dapat dirasakan di sana, di puncak
tertinggi gunung Batu Jonggol. Keraguan pun menghilang setelah mammpu
membuktikan diri berada di atas sana!
Perajalanan panjang yang saya lalui
telah terbayar sudah sesaat setelah pijakan kaki berada di tepi. Tak habis ucap
syukur dengan mengingat-Nya adalah kenikmatan tiada tara. Sejenak pejamkan
mata, rasakan angin menempa, hirup udahra segar hembusan Sang Pencipta.
Keindahan-Nya adalah milik-Nya. Semua yang Dia ciptakan hanya untuk manusia semata
tak akan sia-sia. Siapa mau coba?
Yuk, kita pacu adrenalin di sana.
Di Gunung Batu Jonggol. Berpetualang seru! Hilangkan penatmu, basuh hati
nuranimu, sucikan jiwamu bersama-Nya!
Di sana, dirimu akan tahu siapa
dirimu yang sebenarnya, yang rela berkorban untuk kawan, yang rela berjuang
untuk bertahan, karena di sana adalah tempat kemenangan. Jangan pernah ragu
mencoba segala hal yang baru. Alam ada agar manusia tahu, dan rasa ingin tahu
tak ada matinya, dan rasa ingin tahu menjadikan keimanan kita semakin kuat dan
percaya akan segala hal tentang-Nya.
Salam Alam..
Komentar
Posting Komentar