Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Ternyata Juri Itu..

Oleh : Nur Arsidah             “Sudahlah, tidak usah ikut-ikutan lagi, kamu itu sudah dewasa!” Emosi yang tak biasa dilontarkan seorang Ayah kepada anak kesayangannya.             “Tapi Ayah, ini sudah hampir masuk babak final, hanya satu hari saja di Bandung, izinkanlah...” Wajah merunggut dengan menundukkan kepala, tak berani melihat mata melotot Ayahnya.             “Terserahlah!” Akhirnya Ayah Dinda mengakhiri pembicaraan dengan menyerahkannya secara terpaksa.             “Aku sadari, tidak seharusnya aku mengikuti event ini, aku sudah di bangku kuliah. Tetapi apa salahkah aku hanya ingin mengalirkan hobi dan cita-citaku yang sudah di depan mata, bahkan sampai final? Siapa yang tidak ingin? ” Hatinya berbicara mengelak dan membantah, juga mendukung keing...

Takdir Tak Salah

Oleh : Nur Arsidah             “Bisakah dimulai hari ini?” Tawaranku untuk kali ini sedikit merayu agar tak tertunda untuk yang ketiga kalinya.             “Insya Allah bisa. Jam berapa?” Alunan suaranya begitu menenangkan pikiran sampai ke hati.             “Setelah pulang kuliah saja, bisa?” Harap-harap cemas atas jawaban yang akan dilontarkan dibalik gagang telepon yang mendadak dingin terkena keringat yang menjulur menjadi ikut dingin.             “Oh iya bisa.” Syukurku panjatkan, semoga ini langkah awal terbukanya pintu tujuan. Aku mengamini dalam hati.             “Terimakasih, ditunggu ya. Wassalamu’alaikum..” Ku akhiri perbincangan yang hanya berdurasi dua menit, khawatir terputus terlebih d...

Waktuku

 Oleh : Nur Arsyidah “Sudah ya Bu, Arin berangkat dulu!” Hanya sepotong roti yang ia makan sebagai menu sarapannya. Terburu-buru. “Bawa saja rotinya.” Ibunya yang kemudian muncul dari dapur bergegas menyusul Arin yang masih berada di depan rumah, mengikat tali sepatu hitamnya.             “Hari ini kan upacara Bu! Nanti saja makan di kantin!”             Bersalaman. Arin langsung mengayuh sepeda biru hadiah dari Ayahnya.             “Assalamu’alaikum!”             Teriaknya dari balik pagar halaman rumah. Kebiasaan Arin yang tak pernah terlewat, memberi salam selepas meninggalkan rumah.             Indahnya pagi hari, embun-embun menyegarkan dedaunan yang baru tumbuh. Awan mengarak men...